Renungan Minggu ke-2 Juni:
Daniel 6:1-12
...tiga kali sehari ia berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya (Daniel 6:11).
Apakah Anda merasa bahwa sekarang ini waktu berjalan dengan begitu cepat? Pada pagi hari kita merencanakan untuk melakukan ini dan itu selama sehari, namun ternyata jam berjalan begitu cepat dan pagi telah berganti dengan malam. Pekerjaan yang kita rancang bakal selesai hari ini ternyata terpaksa tertunda dan diselesaikan besok. Ibu rumah tangga yang menyiapkan segala sesuatu di rumah, tiba-tiba menyadari bahwa hari telah begitu siang setelah selesai memasak. Kurikulum Berbasis Kompeten berdampak pada pemberian tugas yang begitu banyak kepada anak-anak sekolah, kadang-kadang sampai PR pun tidak dapat semuanya diselesaikan. Baru berangkat sekolah, tanpa terasa sudah mau berangkat tidur. Semuanya berjalan dengan cepat dan membutuhkan alokasi waktu yang tidak sedikit.
Kesibukan yang begitu padat dalam sehari membuat kita harus selektif dalam memilih kegiatan apa yang akan kita lakukan. Kesibukan yang begitu padat juga membuat kita harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk melakukan segala pekerjaan kita. Jika tidak demikian, kita perkirakan semuanya tidak akan selesai pada waktunya dan kita semakin kerepotan dengan setumpuk kegiatan lain yang sudah menunggu giliran untuk dilaksanakan. Phhhh, capek ya....
Daniel yang menjadi tokoh dalam perikop hari ini, dapat dikatakan sebagai orang yang sibuk. Betapa tidak, ia adalah seorang pejabat negara yang harus memberi pertanggungan jawab kepada raja supaya raja tidak dirugikan (ayat 3). Pastilah kesibukannya luar biasa banyak. Walaupun demikian, dalam ayat nas, kita membaca bahwa di tengah segala kesibukannya, ternyata Daniel tetap membiasakan diri untuk menyediakan waktu bertemu dengan Tuhannya. Tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya (ayat 11). Hal ini dilakukan tentu karena Daniel menyadari benar bahwa kekuatan yang sejati datangnya dari Allah. Sehingga, walaupun ia sedang sibuk dan menghadapi pekerjaan berat, bahkan berhadapan dengan orang-orang yang iri hati kepadanya, ia tetap mengambil waktu untuk bertemu dengan Tuhannya. Ia tidak takut pekerjaannya jadi terbengkalai. Ia juga tidak takut akan dicopot dari kedudukannya karena ibadahnya kepada Allah.
Memang jadi manusia harus sibuk, karena kesibukan (pekerjaan) adalah bagian dari hidup kita sebagai manusia. Namun kita harus ingat bahwa kesibukan tidak dapat dilakukan terus- menerus. Jasmani kita membutuhkan istirahat untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak dengan yang baru. Itu hanya dapat terjadi jika kita cukup tidur. Demikian pula dengan rohani kita. Rohani kita butuh istirahat dari segala macam kesibukan agar dapat mengganti semangat yang lesu dengan semangat yang baru. Dan itu hanya bisa didapat jika kita sengaja menyediakan waktu untuk bertemu dengan Tuhan, dalam waktu saat teduh dan dalam waktu doa kita. Jadi jangan sampai terlontar dari diri kita pikiran atau perkataan: “Maaf Tuhan, aku sibuk.” —Pdt. Sujanto Putro Waskito Wibowo
“Tidak ada waktu! Tidak ada waktu! Terlalu banyak yang harus kulakukan,” Itukah teriakanku selalu?
Sumber : http://www.kristushidup.com
Posting Komentar